Kata, Mantan.

Kepedihan-kepedihan bisa melahirkan kebahagiaan, entah bagaimana caranya.

Kalimat itu mungkin tepat untuk mewakili siang ini. Meski kepedihan yang aku rasakan sepele: kebiasaan yang mau tak mau dirasakan tiap bulan bagi (hampir) semua perempuan. Tapi kali pertama di bulan ini, aku menikmati pedihnya sambil bergelung di kasur, hingga tertidur.

Bahagianya, ketika terbangun dan membuka pesan-pesan masuk, ada kabar dari penerbit bahwa ISBN sudah turun. Untuk apa? Buku perdanaku yang berjudul Bukan Artefak Mantan. Maafkan, jika kalian kira tulisan kali inipun berisi cerita-cerita aneh yang aku tulis seperti biasa. Nyatanya, aku hanya ingin berbagi kabar bahagia ini. Sedikit bercerita tentang dia.

···

Sewaktu ada kabar kalau Mazaya menerima naskah untuk di seleksi, entah kenapa kuingin mengirim naskah absurd satu ini. Bukan apa-apa sih, cuma iseng. Secara, itu tulisan yang sudah mengendap begitu lama. Sejak duaribu-empatbelas. Dan, yey! Naskahku, Bukan Artefak Mantan, satu dari salah enam naskah yang lolos. Yey! (Alhamdulillah!)

·

Anomali kata. Iya, keanehan kata-kata bisa membuatku berpijak di posisi yang kau lihat sekarang ini. Anomalinya bukan semenjak tiga tahun lalu, tapi sejak aku berada di bangku SD. Kata-kata yang tlah hilang, dan kata-kata yang diarsipkan. Juga kata-kata yang masih ditangguhkan kelahirannya.

Anomali kata. Entah kenapa itu yang aku pikirkan ketika menatap kembali pengumuman lolosnya naskah Bukan Artefak Mantan milikku. Coretan-coretan aneh yang kutulis ulang, mereka yang bisa menunjukkan bagaimana (tulisan) aku selama tiga-tahun belakangan ini.

Mereka berubah, berkembang, menyublim atau membiak. Mereka, kata-kata yang kusimpan selama ini. Mungkin saja, aku menulis tentang apa-apa yang tak bisa kau baca dan kau membaca tentang apa-apa yang tidak tertulis olehku.

Bukan Artefak Mantan, adalah sekumpulan coretan yang sengaja aku jadikan sebuah artefak nyata. Sebuah bukti, yang entah pada siapa, bahwa aku menulis.

Bagi yang mengira bahwa buku ini membahas mantan, maaf saja mengecewakan. Mantan tidak begitu penting, meski kadang membawa hal baik (tapi banyak buruknya), untuk dijadikan sebuah buku perdana.

°°°

“Ibaratkan Bukan Artefak Mantan adalah masa lalu. Dan masa lalu perlu dikubur dalam-dalam, agar bisa dikenang sesekali. Bukan untuk menjadi tempat berendam lalu terjebak disana tanpa bisa kembali. Terakhir, buku ini bisa dianggap sebagai kapsul waktu milik saya selama tiga tahun ke belakang. Dapat disadari dengan mudah, perubahan-perubahan (yang syukurlah) terjadi selama saya belajar menulis. Entah dari gaya bahasa ataupun pemilihan kata. Ini, kapsul waktu yang menyenangkan, bukan?”

-Curhatan Penulis-

°°°

Ketika banyak penulis ingin menyempurnakan segala isi tulisannya sebelum dibukukan, maka aku dengan berani menunjukkan banyak ketidaksempurnaan dalam tulisanku di buku perdana ini.

Jangan berasumsi, cukup dinikmati. Karena seiring waktu berjalan, manusia sanggup berubah. Semoga kalian bisa membaca apa-apa yang tidak tertulis, menyempurnakan segala yang sudah tertuang. Bismillah.

Leave a comment